Pengikut

Selasa, 03 Agustus 2010

RAGAM RESIKO

oleh : Rani Fauzah Isnaniah

BAB I

PENDAHULUAN

Risiko merupakan ketidakpastian akibat dari keputusan dan kondisi saat ini (Djohanputro, 2008:34). Pengertian risiko dalam asuransi adalah ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian ekonomis (Vibiznews, 2010). Karena keputusan dalam perusahaan dibuat oleh semua kapisan manajemen, bahkan oleh semua karyawan sesuai dengan wewenang masing-masing, risiko bias muncuk di seluruh lapisan manajemen dan dalam beragam bentuk.

Manajemen risiko yang dianggap paling maju adalah pada industry perbankan. Akan tetapi kesulitan masih muncuk dala mengidentifikasinya. Dalam industry perbankan, para investor memiliki tujuan untuk memaksimalkan returnnya tanpa melupakan faktor risiko investor yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sedangkan risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return yang akan diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka semakin besar pula risiko investasi tersebut.

Ada banyak risiko yang dihadapi di industry perbankan dalam beroperasi. Berbagai faktor, diantaranya ada yang diluar kendali Bank, berpengaruh terhadap kinerja Bank. Pada sebagian besar bisnisnya, bank dengan sengaja dan konsisten mengambil risiko keuangan dengan penuh perhitungan dan terkendali. Bank meyakini Enterprise Risk Management sebagai pendekatan untuk mengelola semua risiko. Ini memerlukan proses pengelolaan risiko yang proaktif, sistematik dan berdisiplin, yang mencakup semua risiko di semua aktivitas - Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas dan Risiko Operasional. Risiko lainnya seperti Risiko Reputasi, Risiko Hukum, Risiko Kepatuhan dikelola sebagai bagian dari Risiko Operasional.

Budaya integrated atau Enterprise Risk Management diterapkan dengan tegas diseluruh bagian Bank. Manajemen menggunakan pendekatan pengelolaan risiko menyeluruh berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang baik, meliputi strategi risiko yang terdefinisi dengan baik, struktur dewan yang tepat dan komite kerja yang aktif dengan peran, tanggung jawab, wewenang dan jenjang pendelegasian yang jelas. Manajemen risiko ditelaah berdasarkan indikator kinerja utama yang disebarluaskan melalui manual dan dokumentasi kebijakan serta dinilai dan diaudit secara independen.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah Dalam Identifikasi dan Klasifikasi

Menurut Djohanputro (2004:34), pada dasarnya, risiko merupakan ketidakpastian akibat dari keputusan dan kondisi saat ini. Risiko bisa muncul dari seluruh lapisan manajemen dan dalam berbagai macam bentuk. Dikarenakan risoko muncul dalam beragam bentuk, menyebabkan sulitnya mengidentifikasi dan mengklasifikasi seluruh risiko dalam perusahaan. Penelitian menunjukkan, hingga saat ini belum ada yang benar-benar konprehensif dan mampu menghasilkan rumusan ragam risiko yang berlaku secara umum.

Terdapat beberapa risiko berupa ragam dan klasifikasi yang menjadi salah satu model yang berlaku di industry. Akan tetapi klasifikasi tersebut lebih cocok digunakan di industry non perbankan.

2.2 Klasifikasi Resiko

Risiko perusahaan dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko: keuangan, operasional, strategis, dan eksrernalitas (Djohanputro, 2004:43). Masing-masing kategori risiko tersebut terdiri dari beberapa jenis risiko.

2.3 Resiko Korporat

Menurut Bramantyo (20008:34), “Risiko korporat adalah fluktuasi dari eksposur korporat sebagai akibat keputusan atau kondisi saat ini”. Risiko korporat tergantung pada ketidakpastian dari nilai perusahaan dan kekayaan shareholder. Jika suatu perusahaan sudah go public, besar atau kecilnya risiko korporat dapat diukur dari fluktuasi harga saham.

2.4 Resiko Keuangan

Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak dari berbagai variable makro dan terdiri dari tiga jenis risiko yaitu, risiko likuiditas, risiko kredit dan risiko permodalan (Bramantyo, 2008:35). Ukuran keuangan dapat berupa arus kas, laba perusahaan, economic walue added (EVA), dan pertumbuhan penjualan.

2.4.1 Risiko Likuiditas

Resiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduga. Dalam arti lain resiko likuiditas berarti kemungkinan penjualan suatu asset perusahaan dengan diskon yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli.

Komite Aset dan Kewajiban (ALCO) bertanggung jawab mengelola suku bunga dan risiko likuiditas di buku Bank (posisi non perdagangan). Divisi Risiko Pasar dan Likuiditas mendukung ALCO dan melapor kepada Kepala Manajemen Risiko Terintegrasi yang melapor langsung kepada Presiden Direktur.

2.4.2 Risiko Kredit

Resiko kredit adalah resiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti terutang dalam kesepakatan Djohanputro, 2004 : 36). Resiko kredit seuatu perusahaan berarti juga resiko turunnya kemampuan perusahaan debitur. Oleh karena itu, mengukur resiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal resiko dan kualitas dari resiko.

Risiko ini dikelola dengan menetapkan kebijakan dan prosedur yang mencakup pembentukan, penjaminan, pemeliharaan dan penagihan atas semua kredit, guna memastikan bahwa profil risiko berada dalam kisaran yang dapat diterima. Kisaran tersebut ditentukan berdasarkan batasan (limit) portofolio bank secara keseluruhan maupun secara terpisah untuk setiap lini bisnis.

Batasan portofolio mempertimbangkan rencana bisnis dan kemampuan perusahaan, industri atau konsentrasi dan kecenderungan lainnya, kondisi ekonomi, profitabilitas produk serta perkiraan kerugian kredit. Fungsi manajemen risiko kredit di setiap lini bisnis adalah memastikan adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara - manajemen yang berwenang memberikan kredit, hingga batasan yang ditentukan berdasarkan pengalaman dan catatan historis masing-masing serta karakteristik bisnis - dan Grup Pengelolaan Risiko Terintegrasi yang menilai setiap kredit secara mandiri dan teratur. Penelaahan lebih lanjut dilakukan oleh Audit Internal

2.4.3 Risiko Permodalan

Resiko permodalan yaitu resiko yang dihadapai perusahaan berupa kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Resiko permodalan merupakan akumulasi berbagai resiko yang terjadi sebelumnya, antara lain resiko suku bunga, resiko likuiditas, resiko nilai tukar, dan resiko operasional.

2.4.5 Risiko Pasar

Resiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan karena pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap pasar (mark to market). Resiko pasar biasanya dikelompokan menjadi empat jenis yaitu resiko suku bunga, resiko nilai tukar, resiko komoditas, dan resiko ekuitas.

Risiko pasar diawasi dan diukur setiap hari berdasarkan model-model harga yang telah dibentuk sedangkan posisi perdagangan dan investasi disesuaikan dengan harga pasar setiap hari. Grup manajemen risiko Bank mempertahankan pendekatan yang konservatif dengan memastikan bahwa semua posisi berada dalam batasan selera dan toleransi risiko yang ditetapkan. Kebijakan risiko pasar dievaluasi dan diperbaharui setiap bulan agar memenuhi persyaratan Bank Indonesia dan Basel II. Bank menelaah lebih lanjut risiko pasar melalui penerapan secara teratur skenario kondisi buruk yang mungkin terjadi (stress test), yang bisa menyebabkan perubahan drastis harga aset atau instrumen yang dimiliki atau diperdagangkan. Stress test khusus tersebut melengkapi penilaian VaR.

1. Resiko suku bunga

yaitu resiko yang berdampak pada potensi penyimpangan beban biaya atau pendapatan karena fluktuasi suku bunga.resiko suku bunga merupakan salah satu resiko yang secara rutin dihadapi dan selalu dimonitor. Resiko ini baik dari sisi beban biaya maupun pendapatan bunga.

2. Resiko nilai tukar

adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena fluktuasi nilai tukar.

3. Resiko komoditas

merupakan potensi penyimpangan ekspektasi penerimaan atau kewajiban pembayaran rupiah karena perusahaan melakukan transaksi komoditas secara fordward.

2.5 Resiko Operasional

Resiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu system, SDM, teknologi, atu factor lain. Resiko operasional dapat terjadi pada dua tingkatan : teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, resiko operasional bias terjadi apabila system informasi, kesalahan mencatat, imformasi yang tidak memadai, dan pengukuran resiko ridak akurat dan tidak memadai.

Pada tataran organisasi, resiko operasional bisa muncul karena system pemantauan dan pelaporan, system dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana harusnya. Kerangka manajemen risiko operasional yang sistematik diterapkan guna memastikan agar semua risiko operasional terpantau dan terkendali tepat waktu dan penilaian sendiri yang komprehensif dilakukan secara teratur di semua bidang kunci Bank. Evaluasi independen terhadap efektivitas dan integritas pengendalian dilakukan untuk menyempurnakan setiap langkah proses.

Bank Danamon mengelola risiko operasional sesuai ketentuan dan peraturan BI serta membandingkannya dengan praktek internasional terbaikResiko operasional disebabkan oleh beberapa factor. Yaitu : SDM, Teknologi, Sistem dan prosedur, kebijakan, struktur organisasi.

1. Resiko produktivitas

Berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variable yang mempengaruhi produktivitas kerja, termasuk teknologi, peralatan, material dan SDM

2. Resiko teknologi

Berupa potensi penyimpangan hasil karrena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi, contohnya transaksi terlambat karena teknologi perusahaaan dengan teknologi klien tidak compatible.

3. Resiko inovasi

Adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya pembaharuan, modernisasi atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis. Penyimpangan positif akan terjadi apabila inovasi tersebut membantu proses operasi.

4. Resiko system

Adalah potensi penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian system dalam operasi perusahaan.

5. Resiko proses

Adalah resiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karenaada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumber daya dan karena perubahan lingkungan.

2.6 Resiko Strategis

Resiko strategis adalah resiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha.

1. Resiko usaha

Resiko usaha adalah potensi penyimpangan hasil korporat (nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham) dan hasil keuangan karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertenti dengan lingkungan industry yang khas dan menggunakan teknologi tertentu. Ukuran resiko usaha berupa leverage operasi, yaitu rasio antara perubahan laba dengan perubahan penjualan.

2. Resiko transaksi strategis

Resiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil korporat maupun strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi strategis. Yang termasuk ke dalam transaksi strategis adalah manajer, akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi dan sejenisnya.

3. Resiko hubungan investor

Adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dar eksposur korporat dan terutama eksporsur keuangan karena ketidaksempurnaan dalam membina hubungan dengan investor, baik pemegang saham maupun kreditur. Manajemen isu dan informasi menjadi sangat penting bagi perusahaan yang sudah go public dalam rangka memastikan bahwa persepsi investor positif terhadap perusahaan. Kesalahan dalam menyampaikan informasi bias menurunkan peringkat perusahaan.

2.7 Resiko Eksternalitas

Resik eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis, dan bias berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari factor eksternal. Yang termasuk factor eksternal antara lain reputasi, lingkungan, social, dan hukum.

1. Resiko reputasi

Adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi perusahaan karena penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, bahkan bisa terjadi penolakan. Penyebab penolakan tersebut yaitu :

a. Ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu eksternal yang terkait dengan perusahaan

b. Ketidakmampuan perusahaan mengelola komunikasi dengan pihak berkepentingan eksternal yang dapat menimbulkan persepsi positif terhadap perusahaan.

2. Risiko lingkungan

Adalah potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan.

3. Risiko sosial

Adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada. Termasuk di dalamnya adalah kalau perusahaan tidak peka terhadap rekruitmen karyawan tanpa memberi kesempatan masyarakat setempat dan peran social perusahaan dalam masyarakat.

4. Risiko hukum

Adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku.

BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus

Dimulai dari perubahan sistem yang digunakan di perusahaan, hingga penggunaan cara-cara yang dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi perusahaan. Utamanya dalam menghadapi tuntutan perubahan dan peningkatan kapabilitas, setiap perusahaan pasti dihadapkan pada risiko (risk) sekaligus peluang (opportunities). Tak terkecuali PT. Primajasa Perdanarayautama yang dalam operasionalnya menghadapi risiko kecelakaan dan mungkin risiko operasional lainnya.

Manajemen risiko (risk management) menjadi kebutuhan yang strategis dan menentukan perbaikan kinerja perusahaan, dalam hal ini operasional bus perusahaan. Hasil proses identifikasi menghasilkan risiko kecelakaan dan risiko ketidaksesuaian pelaporan jumlah kursi yang selama ini berpotensi menyebabkan kerugian. Dari proses identifikasi, diketahui juga penyebab timbulnya risiko-risiko tersebut lebih kepada kualitas SDM sendiri, dalam hal ini supir dan kondektur. Setelah itu dilakukan proses penghitungan kemungkinan terjadinya risiko-risiko tersebut, dan menghasilkan angka 0,6833 untuk risiko kecelakaan dan 0,243 untuk risiko ketidaksesuaian pelaporan jumlah kursi. Dari data perusahaan dan asumsi yang digunakan, kerugian jika terjadi kecelakaan adalah sebesar Rp.6.860.762 per bulan, sedangkan risiko ketidaksesuaian sebesar Rp.62.500 per bulan. Berdasarkan posisi pada peta risiko, pengendalian jika terjadi kerugian kecelakaan adalah penahanan aktif sebesar kerugian per bulan, atau Rp.21.000 per unit bus

3.2 Pembahasan

Dari kasus diatas, risiko yang muncul adalah resiko operasional yaitu penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu system, SDM, teknologi atau factor lain. Kasus di atas berhubungan juga dengan risiko produktivitas yang merupakan penyimpangan hasil aatu tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variable yang mempengaruhi produktivitas kerja. SDM yang terkait yaitu supir dan kondektur, tidak memiliki kualitas yang baik. Seperti melakukan kelalaian, kecurangan dan mengakibatkan kerugian dan kecelakaan. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan sanksi yang tegas jika terbukti lalai dengan memotong gaji atau tidak mendaptkan bonus.

Ragam risiko operasional lainnya yang termasuk dalam kasus ini adalah risiko proses, yaitu risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam mengkombinasi sumber daya. Dalam kasus ini, terjadinya ketidaksesuaian dalam pelaporan jumlah kursi mengakibatkan kerugian bagi perusahaan 0,243. Penanganan yang dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan ulang dalan pembayaran karcis di setiap pos-pos yang telah disediakan serta mengontrol ulang jumlah penumpang.

SUMMARY QUESTION

1. Sebutkan 4 kategori resiko perusahaan?

2. Apa yang dimaksud dengan resiko korporat?

3. Jelaskan 4 jenis resiko pasar!

4. Apa yang kamu ketahui tentnang resiko reputasi?

5. Bagaimana resiko likuiditas dapat mempengaruhi resiko keuangan?

6. Jelaskan bagaimana resikosaling beriteraksi?

DAFTAR PUSTAKA

Djohanputro, Bramantyo. 2004. Manajemen Resiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: PPM.

Hendra,M.2009. Analisis Risiko Operasional Bus Antar Kota Menggunakan Peta Risiko (Studi Kasus: PT PRIMAJASA PERDANARAYAUTAMA). http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?option=com_repository&Itemid=34&task=detail&nim=112050122. [22 Maret 2010]

Vibiznews.com. 2010. Pengertian dan Prinsis Risiko. http://cari-pdf.com/pdf.php?q=ragam+resiko. [23 Maret 2010].

Tidak ada komentar: